Cara Investasi Obligasi untuk Passive Income: Panduan Lengkap
Apa Itu Obligasi?
Obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan untuk meminjam uang dari investor. Sebagai imbal balik, penerbit obligasi memberikan bunga (kupon) secara berkala dan mengembalikan pokok utang saat jatuh tempo.
Obligasi sering disebut fixed income karena memberikan pendapatan tetap berupa kupon yang sudah ditentukan di awal. Karakteristik ini menjadikan obligasi instrumen ideal untuk passive income.
Mengapa Investasi Obligasi?
1. Pendapatan Tetap (Passive Income)
Kupon dibayarkan secara reguler:
- Bulanan (SBN ritel)
- Triwulanan (obligasi korporasi)
- Semesteran (obligasi pemerintah)
2. Risiko Lebih Rendah dari Saham
- Obligasi pemerintah: Sangat aman (dijamin negara)
- Obligasi korporasi: Tergantung rating perusahaan
- Prioritas pembayaran lebih tinggi dari saham
3. Diversifikasi Portfolio
- Korelasi rendah dengan saham
- Stabilitas saat market volatil
- Balance antara growth dan income
4. Capital Gain Potensial
- Harga obligasi bisa naik jika suku bunga turun
- Bisa dijual di pasar sekunder dengan profit
Jenis-Jenis Obligasi
1. Surat Berharga Negara (SBN) Ritel
Jenis SBN Ritel:
a. ORI (Obligasi Negara Ritel)
- Kupon: Tetap (fixed rate)
- Tenor: 3 tahun
- Pembayaran kupon: Bulanan
- Bisa dijual di pasar sekunder
b. SBR (Saving Bond Ritel)
- Kupon: Mengambang (floating rate)
- Tenor: 2 tahun
- Pembayaran kupon: Bulanan
- Tidak bisa dijual di pasar sekunder
c. Sukuk Ritel (SR)
- Berbasis syariah
- Kupon: Tetap
- Tenor: 3 tahun
- Bisa dijual di pasar sekunder
d. Sukuk Tabungan (ST)
- Berbasis syariah
- Kupon: Mengambang
- Tenor: 2 tahun
- Tidak bisa dijual di pasar sekunder
Keunggulan SBN Ritel:
- Dijamin pemerintah (bebas risiko default)
- Modal minimal Rp1.000.000
- Kupon lebih tinggi dari deposito
- Pajak final 10% (lebih rendah dari deposito 20%)
- Mendukung pembangunan nasional
2. Obligasi Korporasi
Surat utang yang diterbitkan perusahaan:
Contoh penerbit:
- BUMN (Pertamina, PLN, Telkom)
- Bank (BCA, BRI, Mandiri)
- Perusahaan swasta (Astra, Indofood)
Karakteristik:
- Kupon lebih tinggi dari SBN
- Risiko lebih tinggi (tergantung rating)
- Bisa diperdagangkan di bursa
Rating Obligasi:
- AAA/Aaa: Tertinggi, sangat aman
- AA/Aa: Sangat berkualitas
- A: Berkualitas
- BBB/Baa: Investment grade minimum
- BB/Ba dan di bawah: Spekulatif (junk bonds)
3. Obligasi Pemerintah (Non-Ritel)
Untuk investor institusi dan retail dengan modal besar:
- FR (Fixed Rate Bond)
- VR (Variable Rate Bond)
- Minimum Rp100 juta - 1 miliar
4. Reksa Dana Obligasi
Untuk investor dengan modal kecil:
- Dikelola manajer investasi
- Modal mulai Rp10.000
- Diversifikasi otomatis
- Return tidak pasti (tergantung NAB)
Cara Membeli Obligasi
Membeli SBN Ritel
1. Kapan bisa beli?
- Saat masa penawaran (2-3 minggu)
- Biasanya 4-6 kali penawaran per tahun
- Pantau jadwal di Kemenkeu
2. Di mana beli?
Mitra Distribusi:
- Bank: BCA, Mandiri, BNI, BRI, dll
- Sekuritas: Mandiri Sekuritas, BCA Sekuritas
- Fintech: Bareksa, Bibit, Investree
3. Cara pembelian:
- Daftar di mitra distribusi
- Siapkan KTP dan NPWP
- Verifikasi identitas
- Saat penawaran, pilih SBN yang tersedia
- Tentukan nominal (min Rp1 juta, maks Rp5 miliar)
- Transfer dana
- Tunggu konfirmasi alokasi
Membeli Obligasi Korporasi
1. Pasar Primer (Saat Penerbitan)
- Melalui sekuritas yang menjadi underwriter
- Ikuti jadwal penawaran umum
- Biasanya minimum tinggi (Rp100 juta+)
2. Pasar Sekunder (Setelah Listing)
- Melalui broker/sekuritas
- Beli obligasi yang sudah diperdagangkan
- Harga bisa di atas atau di bawah nilai nominal
Membeli Reksa Dana Obligasi
- Download app reksa dana (Bibit, Bareksa, IPOT)
- Daftar dan verifikasi
- Pilih reksa dana pendapatan tetap/obligasi
- Beli dengan nominal yang diinginkan
Cara Menghitung Return Obligasi
1. Kupon Yield
Yield berdasarkan kupon yang diterima:
Kupon Yield = (Kupon Tahunan / Harga Beli) x 100%
Contoh:
- Kupon: 6% per tahun
- Harga beli: 100% (par)
- Kupon Yield = 6%
2. Current Yield
Jika membeli di harga berbeda dari nominal:
Current Yield = (Kupon Tahunan / Harga Pasar Saat Ini) x 100%
Contoh:
- Kupon: 6% (Rp60.000 per Rp1 juta)
- Harga pasar: 95% (Rp950.000)
- Current Yield = 60.000 / 950.000 x 100% = 6.32%
3. Yield to Maturity (YTM)
Return total jika ditahan sampai jatuh tempo:
- Memperhitungkan kupon + capital gain/loss
- Kalkulasi kompleks, gunakan kalkulator online
Strategi Investasi Obligasi
1. Buy and Hold
Cocok untuk: Investor yang mencari passive income tetap
Cara:
- Beli obligasi
- Tahan sampai jatuh tempo
- Terima kupon secara berkala
- Dapatkan principal saat maturity
Keuntungan:
- Predictable income
- Tidak perlu monitoring aktif
- Terhindar dari volatilitas harga
2. Bond Ladder
Cocok untuk: Manajemen likuiditas dan reinvestment
Cara:
- Beli obligasi dengan tenor berbeda (1, 2, 3, 4, 5 tahun)
- Saat satu jatuh tempo, reinvest di tenor terpanjang
- Terus rolling secara berkala
Keuntungan:
- Likuiditas teratur
- Rata-rata yield
- Fleksibilitas
3. Interest Rate Anticipation
Cocok untuk: Investor aktif yang paham makroekonomi
Cara:
- Beli obligasi tenor panjang saat ekspektasi suku bunga turun
- Jual untuk capital gain saat harga naik
- Atau beli tenor pendek saat ekspektasi suku bunga naik
Catatan: Strategi ini berisiko jika prediksi salah
4. Barbell Strategy
Cocok untuk: Balance antara yield dan likuiditas
Cara:
- Alokasi ke tenor pendek (1-2 tahun): Likuiditas
- Alokasi ke tenor panjang (10+ tahun): Yield tinggi
- Tidak ada di tengah
Risiko Investasi Obligasi
1. Risiko Suku Bunga
Hubungan terbalik antara harga obligasi dan suku bunga:
- Suku bunga naik → Harga obligasi turun
- Suku bunga turun → Harga obligasi naik
Mitigasi:
- Hold sampai maturity
- Pilih tenor sesuai horizon investasi
2. Risiko Kredit (Default)
Risiko penerbit tidak mampu bayar:
- SBN: Sangat rendah (dijamin pemerintah)
- Korporasi: Tergantung rating
Mitigasi:
- Pilih rating investment grade (BBB ke atas)
- Diversifikasi ke beberapa penerbit
3. Risiko Likuiditas
Kesulitan menjual di pasar sekunder:
- Beberapa obligasi kurang aktif diperdagangkan
- Spread bid-ask bisa lebar
Mitigasi:
- Pilih obligasi dengan volume tinggi
- Atau hold sampai maturity
4. Risiko Reinvestment
Risiko kupon di-reinvest dengan yield lebih rendah:
- Terjadi saat suku bunga turun
- Kupon yang diterima hanya bisa diinvestasi di yield lebih rendah
5. Risiko Inflasi
Return riil bisa negatif jika inflasi tinggi:
- Kupon fixed tidak mengikuti inflasi
- Daya beli berkurang
Mitigasi:
- Pilih obligasi floating rate
- Kombinasikan dengan aset lain
Perhitungan Passive Income dari Obligasi
Contoh Skenario:
Target passive income: Rp5.000.000/bulan = Rp60.000.000/tahun
Asumsi kupon: 6.5% per tahun (setelah pajak ~5.85%)
Modal yang dibutuhkan:
Modal = Target Income / Yield Bersih
Modal = Rp60.000.000 / 5.85%
Modal = Rp1.025.641.026 ≈ Rp1 miliar
Strategi bertahap:
- Tahun 1-5: Kumpulkan modal melalui tabungan + investasi growth
- Tahun 6+: Shift ke obligasi untuk passive income
Kesimpulan
Investasi obligasi adalah cara efektif untuk membangun passive income yang predictable dan stabil. Dengan risiko lebih rendah dari saham, obligasi cocok untuk investor yang mengutamakan keamanan dan pendapatan tetap.
Poin-poin utama:
- SBN ritel adalah pilihan terbaik untuk pemula (aman, modal kecil)
- Kupon memberikan passive income regular
- Diversifikasi dengan berbagai tenor dan penerbit
- Pahami risiko suku bunga dan kredit
- Gunakan strategi sesuai tujuan (buy and hold, ladder, dll)
Mulailah dengan SBN ritel saat masa penawaran berikutnya. Dengan modal Rp1 juta, Anda sudah bisa mulai menikmati passive income bulanan dari obligasi pemerintah yang dijamin aman.
Link Postingan : https://www.tirinfo.com/cara-investasi-obligasi-untuk-passive-income-panduan-lengkap/